Sabtu, 29 September 2012

Tulisan


Biografi Cristiano Ronaldo


Name: Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro

Birth: Funchal, Portugal February 5, 1985

Position: Left Wing / Right, Foward

Club: Manchester United, Real Madrid (now)

Squad Number: 7

Career:

* Club Andorinha

* Club CD Nacional (1995)

* Club Sporting CP, 25 games, 3 goals (1999-2003)

* Manchester United, 134 games, 36 goals (2003-2009)

* Portugal national team, 48 games, 19 goals (2003 - present)

* Real Madrid, 7 games, 6 goals (2009-present)

Awards:

* FA Premier League, Manchester United (2006 - 2007)
* FA Cup, Manchester United (2004)
* Football League Cup, Manchester United (2006)
* Community Shield, Manchester United (2007)
* PFA Player of 2007
* PFA Young Player of the Best 2007
* Favorites Best PFA Players 2007
* Best PFA Premiership Team (2005-2006,2006-2007)
* The award of the Football Writers Association '(2007)
* Barclays Player of the Season (2006-2007)
* Barclays Player of the Month (November 2006, December 2006)
* PFA Fans' Player of the Month (October 2006, February 2007)
* Player of Manchester United (2006-2007)
* Player of Sir Matt Busby (2006-2007)
* Player of Portugal (2007)



Born with the full name Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro, born on February 5, 1985 in Funchal, Madeira is a Portuguese national soccer player. son of Maria Dolores dos Santos Aveiro and José Dinis Aveiro. She has an older brother named Hugo, and two older sisters, Elma and Liliana Catia. Liliana Working as a singer with the stage name "Ronalda" in Portugal. The second name given to Cristiano ("Ronaldo") is relatively rare in Portugal. Currently he bet on Real Madrid at the left wing position.

Cristiano is a favorite family since childhood, he has always had the support of his family in every way. He is known to the child who always wants to win. At school he was fond of football, he always had a reason to be able to play ball. If he does not find the ball, then he will make the ball roll socks from her friends.

Nominal salary in his first professional club, Sporting Lisbon nothing - pale before moving to England. Now he is able to produce 100 times the salary at Sporting Lisbon in a week because of his salary at Old Trafford to 40 thousand euros (USD 470 million).

He began his international career with the national team defends Portugal since 2003. Cristiano Ronaldo started playing football when he was three years old. His favorite team when he was young was SL Benfica. He played for the first time with an amateur team, Andorinha, when he was 8 years old. In 1995, Cristiano Ronaldo's reputation was growing in Portugal.

The two famous football teams, CS Marítimo and CD Nacional interested in Cristiano Ronaldo. Marítimo, the greatest team held a meeting with the manager behind Andorinha, the result Ronaldo go to CD Nacional. After getting a champion at Nacional, Ronaldo moved to Sporting CP.

The two famous football teams, CS Marítimo and CD Nacional interested in Cristiano Ronaldo. Marítimo, the greatest team held a meeting with the manager behind Andorinha, the result Ronaldo go to CD Nacional. After getting a champion at Nacional, Ronaldo moved to Sporting CP.

Ronaldo made his debut with his first Sporting against Moreirense and produced scores two goals. He has also become a feature of Portugal in the UEFA Under 17 Championships.

His appearance in the UEFA Under 17 Championship brought to the attention of world football. The first time I saw the appearance of Ronaldo is the manager of Liverpool FC, Gérard Houllier. But Liverpool refused as Ronaldo was too young and need time to develop into a famous football player.

In 2003, Ronaldo received the attention of Sir Alex Ferguson, when Sporting beat Manchester United with the score 3-1 in the inauguration of the Alvalade XXI stadium in Lisbon.

Ferguson decides wants young players for his team, Ronaldo signed a contract with a price of £ 12.24 million. Debut with Manchester United (MU) was against Bolton Wanderers in the 60th minute at Old Trafford stadium with 4-0 MU win.


Debut of his international career which in August 2003 when Portugal against Kazakhstan. At the opening of Euro 2004, Portugal lost to Greece with the result 2-1. At the semi-final
against Holland, Ronaldo created the first goal with the final result 2-1 win for Portugal.

Ronaldo Portugal to deliver the 2004 Summer Olympics, and he became the second-highest score fi FIFA World Cup qualification in the European zone with 7 goals. until June 17, 2005, Ronaldo score is 11 goals in 25 games for Portugal.

Of course the level of life that Ronaldo has increased drastically, whereas the career he had come into the world of football for three and a half years. Otherwise
digaet Manchester United in the summer of 2003, may be the fate of a man 184 cm tall is not as it is now.

Young Ronaldo is a very fast runner, owner nan nimble feet, capable of churning out ball to make opponents dizzy. But the young Ronaldo too narcis, greedy, and selfish. If it's fun, he likes to forget on his teammates.

But Ronaldo is also able to learn, both in age, experience, and education Fergie. Ronaldo, who now is Ronaldo who already know how to play for the team. Its no different now is that Ronaldo is still very fast runner, owner nan nimble feet, owner-Gocekan Gocekan great.

The success in the stadium has also penetrated to the outside pitch. With a pretty face and a sexy body, a man whose full name is Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro was started digila-gilai people around the world - especially women. Because it's public property, often attend public events, and often published media, the celebrity status is girded Ronaldo.

Friends and scope of interaction even closer to the world of entertainment. Gossip Ronaldo proximity with several actresses continue to be easy prey yellow tabloids. He had a special relationship with Spanish TV presenter Merche Romero, and a model named Jordana Jardel. Later she was rumored to be close to the British TV star Gemma Atkinson, and "target" artists "nodes" such as Roxanne McKee, Bryony Seth, Georgina Walkter, and Ali Bastian.

That's it. Life Ronaldo - named after former U.S. President Ronald Reagan, because his father idolized as an actor, not a politician - keep rolling along with time, which would take him somewhere someday. Maybe at the end of the season he was as predicted Manchester United legend Bryan Robson when they travel to Jakarta recently, that he is likely to grab the title Player of the Year. Or even worse as Alex Ferguson's prediction that Ronaldo could be the world's best players.



Tugas 1 Upacara Atau Ritual Adat Di Indonesia

UPACARA ATAU RITUAL ADAT SUKU DI INDONESIA

 1. Upacara Adat di Sulawesi Tengah

A. Ratini / Mancumani Noratini

Pada masyarakat Kulawi upacara yang berlangsung pada masa ini terdiri atas beberapa jenis upacara selamatan tradisional yang disebut mancumani antara lain : Mancumani Noratini, Mancumani Ratompo, Mancumani Rakeho, Upacara Penutupan. Dari semua upacara masa ini yang disebut dengan Upacara Mancumani saja. Keempat jenis upacara tersebut secara terpisah diuraikan berturut-turut di bawah ini. Pengertian upacara ini adalah membersihkan alat kelamin. Upacara ini menurut tradisi setempat hanya bagi laki-laki yang telah mulai memasuki alam kedewasaan. Bagi anak perempuan upacara ini tidak diadakan. Dengan kata lain bahwa upacara ini dilaksanakan apabila yang diupacarakan itu sudah benar-benar telah memasuki alam kedewasaan. Tujuan dan maksudnya dari upacara Ratini adalah sudah merupakan suatu tradisi setempat bila seseorang anak telah menjelang dewasa, juga merupakan motivasi yang mendorong penyelenggaraan upacara ini bahwa anak sesudah diratini sudah meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakan dan telah mempunyai sifat-sifat malu. Juga adanya anggapan masyarakat setempat bahwa setelah anak dikhitan maka mulailah belajar memakai hirita (cawat).

B. Popanaung (Upacara Turun Tanah)

Pengertian yang terkandung dalam upacara Popanaung (turun tanah) tidak berbeda dengan upacara naik ayunan. Secara tradisi setempat upacara ini merupakan sebagai rasa syukur orang tua dalam menerima kehadiran bayi dalam keluarga. Selain daripada itu Popanaung adalah salah satu jalan memperkenalkan bayi kepada kehidupan dunia luar sesudah berada dalam rahim ibunya.

Maksud dan Tujuan Upacara
Agar bayi dapat mengenal dan menerima kenyataan hidup dan tempat di mana ia dilahirkan. Pengertian ini berdasarkan kepada anggapan bahwa selamna ini bayi dalam rahim ibu merupakan dunia yang gelap dan diperkenalkan kepada dunia luar (fana).

Waktu Upacara
Penyelenggaraan upacara Popanaung (turtin tanah) mengikuti waktu sejak bayi itu lahir sampai pada hari kelima di mana upacaranya dilaksanakan pada waktu pagi hari. Upacara Popanaung bagi bayi mengandung pula gambaran bahwa waktu pelaksanaannya pada pagi hari akan memberikan masa depan yang cerah bagi bayi dalam kehidupannya kelak.

Tempat Penyelenggaraan Upacara
Mengenai tempat penyelenggaraan upacara tidak ada ketentuan mengenai tempat upacara. Kebiasaan bahwa tempat penyelenggaraan adalah di rumah orang tua bayi. Kecuali apabila keadaan rumah orang tua yang diupacarakan tidak mengizinkan (dalam keadaan rusak), maka upacara ini dilaksanakan di rumah salah satu pihak orang tua dari keluarga yang diupacarakan (ayah, mertua).
Penyelenggaraan Teknis Upacara
Sebagai penyelenggara teknis upacara sama haInya dengan upacara Ratoe (naik ayunan) dimana penyelenggara teknis adalah sando mpoana (dukun beranak), sehingga peranan dukun beranak sangat besar artinya baik dalam membantu ibu dalam melahirkan maupun dalam melakukan upacara Popanaung ini.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara.
Di samping sando (dukun) sebagai penyelenggara teknis upacara, masih ada mobago (pembantu) yakni seorang yang membantu dukun dalam upacara ini apabila upacara puncak dilaksanakan. Selain pihak keluarga yang terdekat dengan yang diupacarakan, yang semuanya adalah motivoi (saksi) dalam upacara tersebut.

Persiapan-persiapan dan Perlengkapan Upacara
Sebelum tiba pada pelaksanaan upacara telah disiapkan perlengkapan upacara agar dapat terlaksana dengan baik sesuai tradisi setempat. Dalam upacara nopanaung memerlukan persiapan dan perlengkapan upacara seperti kain nunu (kain kulit kayu beringin), ide (tikar), tavala (tombak), guma (parang), kaliavo (perisai), kawipi (bakul) tempat beras, karar (bakul kecil), vatu pengaha (batu asa).
Dari pelbagai persiapan dan perlengkapan tersebut dapat dibagi dua bagian menurut keperluannya masing-masing. Untuk perlengkapan di dalam rumah berupa kain nunu, tikar, baku, sedangkan untuk di luar rumah adalah tombak, parang, kain pengikat kepala (halili), dan perisai.

Jalannya Upacara Menurut Tahap-tahapnya
Dalam upacara nompanaung tahap-tahapnya dapat dilihat perbedaannya pada perlengkapan upacara dan merupakan simbol yang membedakan antara bayi laki-laki dan perempuan yang diupacarakan.
Sebelum puncak upacara dilaksanakan pada pagi hari, biasanya di rumah yang akan mengadakan upacara, pada sore hari menjelang keesokan harinya upacara itu dilaksanakan, maka pihak keluarga sudah memasangkan simbol-simbol upacara di muka tangga rumah atau pada halaman rumah. Maksudnya adalah untuk membedakan jenis kelamin bayi yang akan diupacarakan di rumah tertentu. Bagi bayi perempuan simboInya adalah di depan rumah yang diupacarakan sudah digantungkan pada kayu ujung atas atap rumah, yaitu tavala (tombak) dengan cara melintang serta bagian tengah tombak diikatkan higa (mahkota) yang biasa dipakai sebagai mahkota di kepala wanita dalam pakaian adat masyarakat Kulawi.
Perlengkapan tombak dan mahkota tersebut digantung oleh orang tua yang diupacarakan dan harus nampak terlihat bagi orang yang lewat di depan rumah tersebut, sehingga orang pun dapat mengetahui bahwa di rumah tersebut akan dilaksanakan upacara turun tanah.
Di samping menggantung perlengkapan tersebut sekaligus pemasangan vatu pengaha (batu asa) di depan tangga rumah yang akan diinjak oleh bayi pada upacara turun tanah. Sesudah semua perlengkapan ini dipasang semuanya maka tangga depan rumah tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk naik turun rumah sebelum upacara nopanaung ini selesai. Jadi, keluarga yang biasanya menggunakan tangga itu untuk Ialu-Ialang harus melalui tangga rumah bagian dapur.
Ketika saatnya telah tiba dimana dukun telah datang ke rumah yang di upacarakan Ialu mempersiapkan seluruh perlengkapan upacara di tempat yang telah tersedia, sambil menunggu bayi dimandikan oleh ibunya, semua alat perlengkapan upacara sudah disiapkan.
Sesudah bayi dimandikan Ialu diselimuti/dibungkus dengan kain nunu dan ditidurkan di atas tikar yang khususkan untuk upacara turun tanah, didekatkan bayi itu pada dukun. Dukun pun Ialu mengambil bakul beras dan dengan hati-hati sekali dukun mengangkat bayi Ialu dimasukkan ke dalam bakul.
Hal ini hanya berlaku bagi bayi perempuan, setelah bayi sudah berada di dalam bakul, maka dukun berdiri disertai mobago (pembantunya) sambil membopong bayi dalam bakul dan diiringi keluarga yang masing-masing membawa sube (pacul kecil), kararo (bakul kecil) masing-masing berjalan, di depan sekali adalah dukun kemudian pembantu dukun dan keluarga yang diupacarakan menuju ke depan pintu. Setelah tiba di depan pintu dan berhenti sejenak, maka dukun pun Ialu turun melalui tangga sampai anak tangga terakhir, sedangkan pembantu dukun yang membopong bayi dan masing-masing keluarga yang diupacarakan yang membawa perlengkapan lainnya tetap berada di atas rumah berdiri di depan pintu.
Dengan isyarat dari dukun yang sudah berada pada anak tangga terakhir maka pembantu dukun mulai menurunkan bayi dalam bakul secara turun naik sebanyak tujuh kali berturut-turut. Setelah sampai pada hitungan yang ketujuh sesudah turun, maka dukun pun mengeluarkan bayi dari bakul dan dengan memegang kedua kaki bayi Ialu diinjakkan pada batu asa, dukun mulai nogane (membaca manteranya) sebagai berikut:
matua pa tanuana na ngana ei mai pade vatu “, Artinya: “kepala anak ini hendaknya lebih keras dari batu”.
Sesudah bayi diinjakkan kedua kakinya pada batu, maka dukun dengan menggendong bayi naik kembali ke dalam rumah, sambil diiringi pembantunya dan keluarga yang diupacarakan untuk menyimpan kembali perlengkapan upacara pada tempat semula dan bayi langsung dinaikkan kembali ke ayunannya.
Sesudah upacara turun tanah selesai, maka upacara ini pun telah selesai bagi bayi perempuan.
Bagi upacara Popanaung untuk bayi laki-laki agak berbeda sedikit mengenai pelaksanaan upacaranya. Mengenai sebelum waktu upacara turun tanah untuk bayi perempuan sama pelaksanaannya dengan bayi laki-laki, kecuali perlengkapan yang digunakan untuk bayi laki-laki berbeda dengan bayi perempuan.
Sebelum upacara puncak keesokan harinya, maka pada sore hari di muka tangga rumah yang diupacarakan dipancangkan tovala (tombak), guma (parang), dan perisai (kaliavo). Pemancangan perlengkapan tersebut di atas di depan tangga rumah yang diupacarakan sebagai simbol bahwa di rumah tersebut berlangsung upacara turun tanah. Tentang tata upacaranya pun sama yang melaksanakan teknis upacaranya sama pula, kecuali bahwa bagi bayi laki-laki pada saat turun tanah tidak menggunakan lagi bakul untuk tempat bayi perempuan bila diturunkan ke tanah. Susunan upacara pada saat turun adalah sama yakni bahwa pada hitungan yang ke tujuh setelah turun kemudian dukun menginjakkan kedua kainya pada batu asah yang telah disediakan di halaman rumah yang diupacarakan. Sesudah upacara turun tanah ini dilaksanakan bagi bayi laki-laki, maka upacara ini pun dinyatakan berakhir, kemudian dilanjutkan dengan upacara makan bersama di antara keluarga yang hadir dan dukun.

Pantangan-pantangan yang Harus Dihindari
Tujuan penyelenggaman upacara menurut tradisi setempat adalah mencari keselamatan bagi keluarga yang terlibat dalam upacara ini, terutama sekali bagi bayi yang diupacarakan.
Dalam pelaksanaan upacara ini didapati pantangan-pantangan yang harus dihindari berupa perbuatan-perbuatan terhadap bayi. Sejak memakaikan halili bulai pada saat kehamilan sampai pada upacara turun tanah, halili ini tidak boleh ditanggalkan sebelum upacara mencore (memandikan) sang ibu selesai dilaksanakan. Akibat yang ditimbulkan bila pantangan ini dilanggar adalah baik ibu maupun bayi selalu mengalami keadaan tidak sehat (mengalami sakit-sakitan) yang sering dapat menimbulkan kematian bagi bayi. Bagi ibu pada saat upacara nupanaung tidak boleh moboka (mencuci kepala dengan santan kelapa), akibatnya adalah bagi ibu muda mendapat gangguan dari roh-roh jahat karena bau santan kelapa atau ampas kelapa paling disukai oleh roh-roh yang jahat tersebut. Demikian beberapa pantangan yang harus dihindari.

Lambang-lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara.
Daya magis yang berpengaruh berupa lambang dalam upacara nupanaung terhadap kehidupan bayi adalah seperti kain nunu sebagai perlambang bagi yang diupacarakan, sedangkan tikar, bakul, cangkul kecil bagi bayi perempuan sebagai lambang bilamana kelak sesudah ia dewasa dan telah memasuki masa perkawinannya sampai mempunyai keturunan hingga tiba saat ditinggal mati oleh suaminya, maka satu-satunya teman dalam membina hidup dan kehidupannya adalah cangkul kecil untuk membersihkan ladang dan bekerja di sawah, sedangkan bakul adalah merupakan tempat menyimpan hasil panen.
Bagi bayi laki-laki dengan tombak, parang, dan perisai merupakan lambang yang mengandung arti babwa satu-satunya teman di dalam menjaga keselamatan dirinya dan mempertahankan harta bendanya kelak adalah alat-alat tersebut. Selain alat tersebut, juga merupakan lambang keberanian dan kepahlawan bagi yang diupacarakan kelak.

 

C. Ratompo

Tujuannya dari Upacara Ratompo ini biasanya sudah dilaksanakan setelah yang diupacarakan sudah sembuh dari rasa sakit yang dialaminya dalam suatu upacara yang disebut mancumani yang sudah merupakan pesta antar kampung. Tempat Penyelenggaraan Upacara

Mengenai tempat penyelenggaraan upacara ratompo ini tidak terikat kepada sesuatu tempat tertentu seperti di rumah orang tua ataupun tempat khusus seperti di rumah tua adat, dan sebagainya.
Akan tetapi tradisi setempat telah menetapkan dalam hal pelaksanaan ratompo adalah dipilih suatu tempat yang jauh dari keramaian orang, misaInya di hutan di bawah pohon yang besar yang memang telah disiapkan untuk pelaksanaan upacara tersebut. Alasan ini adalah berdasarkan pada pertimbangan bahwa upacara sama sekali tidak dapat disaksikan oleh keluarga yang diupacarakan ataupun orang lain, kecuali penyelenggara teknis upacara, pembantunya, dan yang diupacarakannya sendiri. Kadangkala keluarga yang diupacarakan sudah menyiapkan terlebih dahulu rumah yang sudah dalam keadaan kosong, yang juga tempatnya sudah diperhitungkan jauh dari keramaian orang atau tempat Ialu lalang orang. Di sinilah tempat penyelenggaraan upacara yang sangat dirahasiakan.

Penyelenggaraan Teknis Upacara
Pada bagian upacara hanya ada seorang sebagai penyelenggara teknis upacara yakni tope tompo (dukun). Tope tompo adalah seorang pria yang kedudukan sosialnya adalah dari kalangan orang kebanyakan di mana mempunyai keahlian khusus dalam melakukan mencabut gigi bagi perempuan, dan menurut salah seorang informan yang peneliti sempat wawancarai bahwa orang biasa melaksanakan ratompo hanya seorang saja ada di daerah Kulawi yang memang sudah menjadi pekerjaannya adalah melaksanakan di bawah pengaruh kuasa lembaga adat dan raja-raja pada saat itu.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara
Di samping penyelenggara teknis upacara, maka satu-satunya orang yang terlibat dalam upacara ratompo adalah tope pahilu (orang yang membantu topetompo) yang bertugas memegang kedua belah pipi yang diupacarakan pada saat ratompo dilaksanakan. Jadi, karena upacara ini harus terpisah dari keluarga yang diupacarakan, maka dalam pelaksanaarmya pun lebih diperketat agar tidak dapat disaksikan baik.

Persiapan dan Perlengkapan Upacara
Pengadaan materi dalam kegiatan upacara Ratompo adalah dua buah barang (ton’o), air hangat secukupnya, tikar dan bantal untuk tempat tidur yang diupacarakan, painpongoa (tempat sirih) tempat penampungan darah, ayu (abu dapur) untuk peresap darah dalam tempat sirih, tabo ngkala (cebokan) untuk menampung darah yang lebih banyak (pendarahan), dan porama mavau (sejenis rumput yang busuk baunya).

Jalannya Upacara Menurut Tahap-tahapannya
Peristiwa upacara ratompo menurut tahap-tahapnya adalah berbeda dengan upacara-upacara lainnya. Ratompo dilaksanakan bagi seorang gadis yang mempunyai sifat-sifat khusus dan hanya dilakukan di kalangan golongan bangsawan berdasarkan keturunan, sehinga tahap upacaranya sangat berbeda seperti misaInya sebelum ratompo dilaksanakan maka terlebih dahulu pihak keluarga yang diupacarakan meminta izin kepada raja bahwa pada hari yang telah ditentukan nanti anak saya si A akan ratompo, maka atas dasar permintaan izin tersebut, ratompo dapat dilaksanakan. Pada saat hari yang telah ditentukan di mana yang diupacarakan di rumahnya telah terkumpul sanak keluarga dan topetompo serta tope palielit (pembantu) telah siap semua, maka yang diupacarakan mulai diberi pakaian secukupnya yakni halili (baju putih dari kulit kayu ) dan sarung dari mbesa. Setelah selesai dipakaikan pakaian lalu diberi makan dengan ketan dan telur. Setelah selesai makan dengan diantar oleh keluarga yang diupacarakan, topetompo dan topepahelu mulai berjalan ke depan pintu rumah yang diupacarakan. Keluarga yang mengantarkan hanya sampai di halaman rumah sebagai tanda melepas kepergian yang diupacarakan. Maka yang diupacarakan pun dengan diikuti oleh topetompo serta topepalielu berangkat meninggalkan rumah menuju tempat vang sudah ditentukan seperti dahulu yang sunyi dari keramaian atau sebelah rumah yang dikosongkan. Sesudah tiba di tempat yang telah ditentukan maka topetompo mulai menyiapkan perlengkapan yang dibawanya serta yakni dua buah guma (parang) dan topepahelu sudah menyiapkan tikar dan bantal.
Setelah siap semua peralatan upacara, maka yang pertama dilakukan adalah topepalielu mulai menutup mata anak yang diupacarakan dengan kain nunu, dan ditidurkan di atas tikar, kepalanya di atas bantal. Kemudian kedua kaki yang diupacarakan pun mulai diikat dengan kain nunu dan kedua belah tangannya pun diikat.
Selanjutnya semuanya telah siap maka topepahelu menyiapkan perlengkapan-perlengkapan lain seperti air hangat, am (abu dapur), pompangoa (tempat siri), dan taba ngkala (cebokan). Bila segala persiapan ini sudah disiapkan maka topepahelu mulai mengambil tempat di bagian kepala yang diupacarakan, sedangkan topetompo sudah memulai memegang peralatannya berupa dua buah guma (parang) masing-masing parang ini adalah sebagai pahat dan martil. Parang yang berupa pahat ini pada ujung gagangnya sudah ditipiskan yang cocok bila dimasukkan di antara sela-sela gigi; sedangkan parang yang dijadikan martil yang digunakan untuk memukul pahat tersebut adalah bagian belakang parang. Sebelum ratompo dilaksanakan, maka terlebih dahulu topetompo membacakan gane (mantera) antara lain: “Ane moto moleko patumpako, ane matumpako patumoleko, bona nemo madea ra mchuko tiroi daka kami“. Artinya: Bila kami tidur tengadah, lihatlah kami dan bila kami tidur tengkurap angkatlah kami, jangan sampai banyak darah yang keluar lihatlah kami.
Sesudah membaca mantera tersebut, maka topetompo mulai memasukkan parang yang serupa pahat tadi ke sela-sela gigi yang akan ditanggalkan dengan maksud untuk menjarangkan. Sesudah digoyang-goyangkan pahat yang sudah berada di sela gigi bagian atas dan bawah yang terdiri dari delapan gigi seri, empat gigi taring atas dan bawah. Setelah pahat sudah selesai digoyang-goyangkan di antara sela-sela gigi, maka topetompo mulai memukulkan belakang parang pada pahat itu dengan sekuat-kuatnya. Karena itu, sejumlah gigi tersebut menjadi tanggal dan topepohelu mulai mencabut satu per satu gigi yang sudah tanggal tersebut.
Setelah semua gigi tersebut dikeluarkan, maka mulai diberi pengobatan berupa air hangat untuk dikumur-kumur dan semua darah yang keluar ditampung di tempat sirih dengan diberi abu dapur agar darah yang sudah tertampung tersebut dapat terserap oleh abu dapur tersebut. Setelah darah mulai berkurang dan yang diupacarakan sudah siuman maka yang diupacarakan pun dengan diantar oleh topetompo dan topepalielu kembali ke rumah yang diupacarakan. Sesudah tiba di rumah, maka anak yang diupacarakan lalu di tidurkan di tempat tidur yang sudah disiapkan. Selama pengobatan berlangsung di rumah yang diupacarakan, dilakukan oleh topepahelu sampai anak yang diupacarakan itu sembuh benar.

Pantangan-pantangan Yang Harus Dihindarkan
Selain tujuan penyelenggaraan upacara adalah mencuri keselamatan dan menghindarkan malapetaka maka dalam upacara ratompo juga mengenal pantangan-pantangan yang tidak bersifat-sakral magis, tetapi pantangan di sini menyangkut hal cepatnya kesembuhan yang diupacarakan. Pantangannya meliputi tingkah laku dan perbuatan, seperti selama dalam pengobatan yang diupacarakan tidak boleh banyak bergerak karena akibatniya dapat menimbulkan pendarahan yang banyak atau bengkaknya tidak akan turun. Pantangan lainnya adalah selama pengobatan berlangsung yang diupacarakan tidak boleh makan yang asam-asam dan selama tiga hari sejak saat diratompo tidak boleh minum air akibatnya bila hal ini dilanggar akan lebih lama proses kesembuhan yang diupacarakan.

Lambang-lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara
Ketan putih dan satu butir telur sebagai simbol yang diupacarakan. Lambang ini adalah merupakan tanda keihlasan dan ketulusan hati daripada yang diupacarakan yang seputih dan sebulat hati menyerahkan anak untuk diupacarakan. Sebab hal ini menurut tradisi setempat bahwa upacara ratompo adalah sebagai tanda setengah berkabung bagi keluarga yang diupacarakan.

D. Nantauraka Ngana

Pasa masa kelahiran dan masa bayi dijumpai beberapa upacara adat yang cukup sederhana, dalam arti pelaksanaan dan keanekaragaman perlengkapan. Pada masa ini upacara adat yang dilaksanakan ialah (1) Nompudu valaa mpuse, (2) Nanta Uraka ngana, (3) Nosaviraka ritora, dan (4)Nokoto/Nosombe bulua. Upacara ini dilaksanakan setelah selesai upacara penanaman tembuni, yang dihadiri oleh keluarga-keluarga terdekat dan tetangga.

Maksud dan tujuan upacara
Upacara ini bertujuan agar sang bayi sudah dapat dengan bebas dibawa ke luar rumah oleh orang tua dan keluarga lainnya, serta jauh dari gangguan makluk halus, sebagai suatu langkah prefentif.

Waktu Pelaksaman Upacara
Upacara diadakan pada siang hari saat-saat matahari naik, mulai pagi sampai dengan sebelum matahari condong ke barat, maksudnya sebagai suatu isyarat (simbol) bahwa hidup masih terus meningkat dan merupakan suatu puncak kehidupan.

Tempat Pelaksanaan Upacara
Tempat dan pusat kegiatan dilakukan dalam rumah, halaman rumah, dan di rumah para tetangga sebagai suatu rangkaian upacara.

Penyelenggara Teknis Upacara
Upacara tersebut tetap diperankan oleh sando mpoana (dukun) dan sejumlah anggota keluarga yang khusus datang untuk upacara tersebut baik dipanggil maupun dengan sukarela.
Jalannya Upacara
Jalannya upacara ini ada 2 (dua) tahap, yaitu sebelum turun tanah dan turun tanah.
  • Nompesuvuki. Sebelum turun tanah ada pula vati mengadakan upacara nompesuvuki (membelah biji kelapa). Biji kelapa tersebut diambil langsung di atas pohon kelapa secara utuh, dan tidak boleh dijatuhkan ke tanah, tetapi diikat dengan cinde, yaitu sarung adat sebagai tali pengikat kelapa tersebut. Untuk menurunkannya dari atas pohon tersebut ditampung dengan satu alat yang disebut poloroa (suatu keranjang penyimpanan air/bobo) yang dibuat dari tempurung kelapa. Kemudian kelapa tersebut dihilangkan sabutnya dengan rapi agar dapat disatukan kembali seperti asalnya semula dan bijinya dijadikan bahan upacara tersebut.
Pada waktu upacara bayi ditidurkan dalam keadaan telanjang di atas kedua belah kaki sang dukun, dan biji kelapa tersebut kemudian dibelah dan airnya membasahi sebagian tubuh sang bayi sambil diiringi dengan gane (mantera).
    • Aku mempesoki yodi (kalau yang di upacarakan bayi perempuan), yojo (kalau bayi laki-laki), ala rai madoyo, rai mambongo, mantaraka. Jarita ribanua loku ritana, nemo mantauraka jarita ri banua ritana, nemo mosikenika jarita”.
    • Aku belah biji kelapa agar sang bayi kelak tidak menjadi penjahat, tidak tuli, membawa ceritera dari rumah ke rumah, dari tanah ke rumah, dan tidak membawa ceritera yang mengadu domba.
Selesai mantera dibacakan, dukun menghitung: sangu, randua, tatalu — lalu membuang kelapa yang sudah terbelah dua itu ke belakang. Bila salah satu belahan kelapa tersebut tertutup, maka kedua belaban tersebut diambil lagi sampai kedua belahan kelapa tersebut terbuka. Hal ini merupakan simbol agar rezeki sang bayi kelak di kemudian hari selalu terbuka, hati selalu jujur, dan pikiran selalu terbuka untuk mencari kebahagian hidup. Kemudian isi kelapa tersebut dipisahkan dengan tempurungnya, lalu dikunyah dijadikan posobo (sampo) untuk bagian kepala sang bayi. Tempurungnya dibungkus kembali dengan sabutnya yang dibuat begitu rupa seperti kembali menjadi sebuah kelapa, diikat dan digantung di depan pintu rumah. Maksudnya agar terpelihara, jangan sampai terbakar, sebab kalau terbakar dapat mengakibatkan hal yang negatif bagi sang bayi seperti sakit-sakitan, kudisan, dan sebagainya.

Jalannya Upacara Turun Tanah
Upacara ini dilakukan setelah selesai upacara sebelum turun tanah, di mana kemudian bayi tersebut diberi pakaian (ni bado) untuk siap di bawa ke tanah oleh dukun. Di bawah tangga diletakkan sebuah kapak (vase) dan sehelai daun kamonji, pamanu, dan silaguri (bahasa daerah) yang akan diinjak oleh dukun yang membawa anak tersebut, dengan didampingi oleh orang-orang tua (nenek) dan keluarga lainnya sebagai pendukung upacara tersebut, Nenek-nenek itu membawa bahan makanan sirih (kapur, gambir dan sirih) di atas baki adat. Selesai upacara tersebut di halaman, bayi tersebut diantar dari rumah ke rumah sebanyak 7 rumah tangga sampai di muka tangga.
Di depan tangga tersebut, dukun berteriak memanggil tuan rumah dan terjadilah dialog: “Eee tupu mbanua, seimo yojo (kalau anak laki-laki) atau yodi (kalau anak perempuan). Bayi dijemput oleh tuan rumah lalu makan sirih yang sudah tersedia, dan memberikan uang kepada sang bayi sesuai keihlasan.
Maksudnya ialah rai maboli vayona (agar semangat jiwa anak tersebut tidak tertinggal). Tuan rumah membuang uang di atas loyang sambil berkata: ” Ituma vayomu, makoo balenggamu, mandate umurumu, masempo dalemu“. Itulah semangat (kekuatan rohmu), keras kepalamu (sukar menjadi sakit), panjang umurmu, dan mudah rezekimu”.
Dukun kemudian meninggalkan tempat itu menuju rumah tetangga yang lainnya sampai rumah yang ketujuh dengan cara yang sama. Setelah itu dukun dan rombongan kembali ke rumah dan dengan demikian selesailah upacara tersebut dan dilanjutkan dengan upacara Nosaviraka ritoya (naik ayunan).

2. Upacara Adat di Jawa

A. Upacara Adat di Jawa Barat
Upacara adat di Jawa Barat meliputi upacara daur hidup dan upacara lainnya. Upacara daur hidup, misalnya, daur hidup kelahiran, menjelang dewasa, pernikahan, dan kematian.
Upacara lain yang dilakukan dalam masyarakat Jawa Barat antara lain, Upacara Labuh Laut, yaitu upacara yang dilakukan agar para nelayan mendapat tangkapan ikan yang banyak. Upacara Labuh Laut dilaksanakan setiap tahun pada bulan Suro. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya dipersiapkan berbagai jenis tumpeng dan sesaji.
Upacara Labuh Laut ini diawali dengan pembacaan doa dan penyebutan jenis dan fungsi sesaji satu per satu. Setelah pembacaan doa selesai, biasanya tumpeng akan langsung diperebutkan untuk dimakan. Konon, dengan memakan tumpeng ini akan mendapat berkah.
Setelah itu, sesaji akan dilarung atau dilayarkan ke tengah lautan di atas sebuah rakit papan dari bambu yang dihiasi janur kuning. Sesajian itu dilarung untuk ditujukan kepada Ratu Emas yang menguasai laut selatan.   

Kemudian, ada Muludan, yaitu upacara mensucikan benda-benda pusaka, seperti senjata dan lain-lain. Lalu, ada Nadran, yaitu sejenis sedekah laut yang dilakukan oleh penduduk pesisir.

 

Upacara Adat Sunda: Si Lengser Dalam Acara Pernikahan

Kabupaten Cilacap sangat identik dengan adat istiadat jawa, namun di sebagian daerah terutama di dua wilayah kecamatan yaitu Dayeuhluhur dan Wanareja adat sunda masih sering dipakai dalam setiap ada acara, termasuk dalam acara nikahan. Hal ini tak lepas dari sejarah di masa lalu dimana wilayah Dayeuhluhur sampai Majenang dikuasai oleh kerajaan dari tatar Sunda yaitu Pajajaran dan Galuh. Oleh sebab itu, di kedua wilayah tersebut terutama di wilayah Kecamatan Dayeuhluhur bahasa, adat, dan kebudayaan yang sering dipakai adalah sunda.

Karenanya tidak aneh lagi apabila dalam hal pernikahan Adat sundalah yang sering digunakan, dari mulai acara lamaran, siraman, seserahan, ngeuyeuk seureuh, dan nikahan. Sebelum acara pernikahan dimulai biasanya rombongan pengantin Pria akan disambut oleh Si Lengser yang ditemani oleh mamayang dan ponggawa serta alunan musik degung, yang diberi nama Mapag panganten. Si Lengser sendiri merupakan simbol dari ketua adat atau kokolot yang memandu jalan pengantin menuju pelaminan. 

Pakaian yang dipakai Si Lengser sendiri biasanya berwarna serba hitam, dengan membawa tas anyaman yang terbuat dari daun lontar. Tas ini sendiri berfungsi sebagai tempat untuk membawa peralatan yang dibutuhkan selama prosesi berlangsung, biasanya berupa kemenyan dan tempat membakarnya. Tingkah laku serta dandanan dari Si Lengser ini sendiri bisa membuat gelak tawa, dengan tingkahnya yang lucu sembari komat kamit membacakan mantra. 

Setelah prosesi membakar kemenyan, biasanya dilanjutkan dengan datangnya seorang pembawa payung  untuk memayungi mempelai pria, dilanjutkan iringan ponggawa yang membawa semacam umbul-umbul, dan terakhir yaitu beberapa wanita yang menari sambil melemparkan kembang/kertas dan berjejer disepanjang jalan yang akan dilewati oleh pengantin pria. Barulah setelah itu Si Lengser mempersilahkan rombongan pengantin pria untuk menuju tempat prosesi pernikahan. 

Namun tidak berhenti sampai disini, masih ada rangkaian upacara adat lainnya yang dijalankan setelah ijab kobul diantaranya saweran, nincak endog (menginjak telor), huap lingkung (suapan dari orang tua dan suami istri),  dan pabetot bakakak (saling tarik ayam bakar kampung yang utuh). Kesemua prosesi tersebut mempunyai arti atau makna tersendiri misal saweran mengandung arti berbagi rejeki dan kebahagiaan; nincak endog mengandung arti pengabdian seorang istri kepada suami yang dimulai saat itu juga; suapan mengandung arti sebagai suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih sayang kedua orang tua terhadap anak dan menantu itu sama besarnya.

Mungkin ini hanya sebagian saja dari adat pernikahan yang masih menggunakan adat sunda, tiap daerah di wilayah sunda tentunya tidak semuanya sama, ada juga yang melepas burung merpati atau membakar harupat (lidi dari pohon aren yang terdapat pada ijuk). Nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnyalah yang sepatutnya kita pelajari dan kita jalankan dari setiap proses pernikahan tersebut, agar dalam menjalankan bahtera rumah tangga tidak akan ada halang merintang dan selamanya bahagia. Selain itu sebagai orang sunda atau orang manapun yang mempunyai adat istiadat dari leluhur kita hendaknya terus dijaga agar tidak punah.

B. Upacara Adat di Jawa Tengah
Jawa Tengah yang kaya akan tradisi memiliki beberapa macam upacara adat. Upacara adat ini biasa dilaksanakan oleh pihak Keraton Surakarta. Beberapa di antaranya adalah upacara Garebeg. Upacara ini dilakukan tiga kali dalam satu tahun penanggalan Jawa, yaitu tanggal 12 bulan Mudul (bulan ketiga), tanggal 1 bulan Syawal (bulan kesepuluh), dan tanggal 10 bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari itu raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur.
Upacara adat lainnya adalah sekaten. Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama 7 hari. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
Malam satu suro dalam masyarakat Jawa merupakan suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Di Keraton Surakarta, upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Benteng (arak-arakan mengelilingi benteng keraton).


Sumber:
- Serial Salam Sahabat Nusantara Jawa Tengah
- Buku Salam Sahabat Nusantara: Jawa Barat yang Memesona, Penerbit: Doenia Aksara
- Muflihah, Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap Sekolah Dasar, Penerbit: Puspa Swara, Jakarta, 2007.
- Buku Salam Sahabat Nusantara: Jawa Barat yang Memesona, Penerbit: Doenia Aksara
- Muflihah, Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap Sekolah Dasar, Penerbit: Puspa Swara, Jakarta, 2007.
http://telukpalu.com/2007/05/nantauraka-ngana/
http://www.urangkampoeng.com/2012/06/upacara-adat-sunda-si-lengser-dalam.html
http://ratihrahayusmadani.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-upacara-di-sulawesi-tengah.html
http://carapedia.com/upa_adat_jawa_tengah_info1918.html
http://carapedia.com/upa_adat_jawa_tengah_info1918.html
http://telukpalu.com/category/budaya/sukukaili/
http://telukpalu.com/2007/11/ratini-mancumani-noratini/